Minggu, 08 Mei 2011

Ev. Kejadian 22: 1 - 13; Ep. Mazmur 69: 2 - 14

“Tunjukkanlah iman yang benar serta takut akan Allah”
Saudaraku yang terkasih! Tuhan Allah mencoba, menguji, mentest iman orang percaya dengan seberat-beratnya. Siapa mampu???? Bayangkanlah! Tuhan Allah memerintah Abraham untuk melakukan sesuatu yang sama sekali bertentangan dengan akal sehat dan kasihnya selaku seorang ayah dan harapan seumur hidupnya. Si jantung hati ibu, penerus generasi ayah diminta Tuhan kembali untuk dipersembahkan kepadaNya.
Apa artinya ini dalam kehidupan rohani kita? Melihat kisah Abraham ini, kita dapat belajar tentang tiga ujian iman, yaitu: Pertama: Panggilan untuk memisahkan dirinya dari Bangsa dan tanah airnya, serta pergi tanpa mengetahui tujuannya (Ibr 11: 8); Kedua: Tuntutan untuk mempercayai Allah akan menggenapi perjanjianNya walaupun penggenapan perjanjian itu tidak tampak selama 25 tahun (ay. 1 – 3); lalu yang Ketiga: Perintah untuk mempersembahkan anaknya Ishak, putra yang dijanjikan itu. Dengan cara yang mirip dengan yang dialami Abaraham ini, kita dapat memahami bahwa iman sejati semua orang percaya akan diuji. Perhatikan dan camkanlah: “Abraham diperintahkan Tuhan Allah untuk mempersembahkan putranya yang satu-satunya itu”. Inti persoalan ini terletak di dua bidang yang menggambarkan ukuran yang dipakai Allah dalam berurusan dengan orang percaya, yaitu: Kasih Abraham lebih besar kepada Allah daripada kasihnya kepada Bangsa dan tanah airnya, termasuk putra tercintanya. Ia dituntut Tuhan untuk memahami bahwa Tuhan Allah tidak menghendaki kematian jasmaniah Ishak, akan tetapi Ia ingin menguji komitmen Abraham kepada Tuhannya.  
Kita harus percaya, bahwa Allah mampu menyediakan yang terbaik bagi kita yang akan kita persembahkan kepadaNya. Ingatlah YEHOVAH JIREH (= Allah menyediakan ay. 13 – 14). Memang ini adalah bersifat nubuat dan menunjuk kepada korban pengganti, seekor domba jantan yang dilaksanakan Allah dengan menyediakan anakNya yang Tunggal sebagai korban pendamaian di Golgata bagi penebusan manusia. Dengan demikian. Bapa sorgawi itu sendiri telah melakukan apa yang dimintaNya dari orang percaya kepadaNya.
Tindakan Abraham menunjukkan kesediaanya mempersembahkan permintaan Allah tidak tanggung-tanggung. Bayangkanlah! Abraham mengikat anaknya. Saat itu dapat dikatakan Ishak sudah memasuki masa remaja atau masa mudanya yang mampu melawan ayahnya kalau dikehendakinya. Tetapi, dalam penyerahan sempurna kepada Allah dan ketaatan kepada ayahnya, ia membiarkan dirinya diikat dan dibaringkan di atas mesbah yang dapat dikatakan seperti Kristus dengan sukarela membiarkan diriNya di salibkan di Golgata.
Saudaraku yang terkasih! Setiap orang yang mengaku percaya kepada Allah, anakNya Yesus Kristus dan Roh Kudus, harus siap di uiji, di test keabsahan iman kita. Dari pengalaman iman Abraham ini, kita dapat mengambil dua kesimpulannya, yaitu: Pertama: Tuhan Allah pasti menguji iman anak-anakNya, dan ujian itu harus kita anggap sebagai suatu kehormatan bagi kita di dalam Kerajaan Allah. Kedua: Tuhan Allah dapat dipercaya untuk menyediakan kehadiran kasih karuniaNya dan segala yang diperlukan bagi setiap situasi yang sesuai dengan kehendakNya. Untuk itu: Tunjukkanlah buah iman yang benar kepada Allah serta takut kepadaNya. Dengan demikian Ia menyediakan yang terbaik bagi kita untuk kita persembahkan kepadaNya. Amin.
Doc: letarehutabarat@yahoo.com-hkbpsukajadi

Tidak ada komentar:

Posting Komentar